Pernah Anda merasa jari – jari kaki berdenyut tidak karuan? Setelah Anda biarkan beberapa hari dan mencoba untuk menghiraukan rasa sakit itu, jari kaki atau tangan Anda malah tidak membaik, justru malah semakin menjadi. Ada perubahan warna, bengkak , bahkan nyeri tekan. Hmm, mungkin saja Anda sedang cantengan?
Menurut Anne Dulski & Christopher Edwards (2020), cantengan atau yang lebih dikenal dengan istilah ilmiahnya, paronychia adalah infeksi pada kuku kaki proksimal dan lateral serta lipatan kuku yang dapat terjadi secara spontan atau setelah trauma. Paronychia terjadi akibat terganggunya pelindung antara kuku dan lipatan kuku, yang menyebabkan timbulnya bakteri dan membuat area tersebut mudah terkena infeksi.
Cantengan tentu saja membuat penderitanya merasa tidak nyaman. Saat hendak beraktivitas, berpindah posisi dari berdiri ke jongkok, memakai kaus kaki dan sepatu, semua terasa tidak enak dan daging di dekat kuku – kuku Anda seperti tertusuk - tusuk. Belum lagi ketika kaki Anda tidak sengaja terantuk ujung meja atau kursi. Cantengan yang terkena tekanan lumayan kuat akan menyebabkan perdarahan dan nanah.
Oleh karena itu, pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan. Kita harus menjadi lebih aware, jeli, dan berhati – hati dalam merawat anggota tubuh dengan segala kerumitannya. Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah tubuh kita terkena cantengan.
1. Potonglah Kuku Secara Melengkung
Jangan memotong kuku secara lurus. Hal ini akan menimbulkan sudut tajam di ujung – ujung kuku yang berpotensi melukai daging dan kulit disekitarnya.
2. Jangan Memotong Kuku Terlalu Pendek
Hal ini akan menimbulkan infeksi dan luka terbuka apabila kuku dipotong terlalu pendek. Anda akan merasa perih di bagian kuku yang terlalu pendek saat sedang beraktivitas bahkan saat menyentuh air. Cukup potong kuku saat kuku memang sudah dirasa agak mengganggu.
3. Gunakan Kaus Kaki dan Sepatu yang Tidak Menekan Kaki
Sesuaikan ukuran kaus kaki dan sepatu yang Anda pakai. Hindari memakai sepatu yang sempit dan berpotensi menekan jari - jari kaki Anda.
Referensi :
Anne Dulski, Christopher E. Edwards, ‘Paronychia’, StatPearls Publishing, PubMed Article, August 2020.
Penulis : Raudhatushafytra Kuntari
Editor : Dyah Ratika Maulani Wulandari
