INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Happy Hypoxia: Bahaya yang Tidak Disadari Oleh Penderita COVID-19

  • By Alina Ramadani
  • In Lihat
  • Posted 30 March 2021

COVID-19 makin menjadi perhatian banyak pihak setelah ratusan orang di China meninggal dunia karena terinfeksi. Penyakit ini juga menginfeksi ratusan ribu orang di negara lain, termasuk Indonesia. COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.

Gejala umum dari COVID-19, yaitu demam, hidung beringus, sakit kepala, sakit tenggorokkan, sesak napas, dan lain-lain. Akan tetapi, gejala tersebut tidak dirasakan oleh semua penderita COVID-19. Penderita COVID-19 yang tidak merasakan gejala disebut Orang Tanpa Gejala (OTG). Penderita COVID-19 tanpa adanya gejala akan membuat virus sulit dideteksi dan sering menyebabkan keterlambatan dalam pengobatan.

Pada beberapa penderita COVID-19 tanpa gejala ditemukan adanya kondisi happy hypoxia. Kondisi ini terjadi ketika kadar oksigen di dalam darah berkurang hingga di bawah batas normal sehingga tubuh mengalami kekurangan oksigen. Penyebab dari happy hypoxia belum dapat dipastikan , tetapi ada 2 teori kemungkinannya. Pertama, happy hypoxia terjadi akibat peradangan pada jaringan paru-paru yang disebabkan infeksi virus korona. Kedua, happy hypoxia terjadi karena masalah pada sistem saraf yang mengatur fungsi pernapasan dan kadar oksigen. Meskippun penyebab dari happy hypoxia belum dapat dipastikan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa happy hypoxia dapat meningkatkan risiko kematian penderita COVID-19.

Happy hypoxia dapat dideteksi secara dini dengan cara mengukur kadar oksigen. Pengukuran tersebut dapat dilakukan di fasilitas-fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit. Sedangkan, untuk pemeriksaan mandiri dapat dilakukan dengan alat pulse oximeter. Pada pasien COVID-19, oximeter dapat membantu mengecek kadar oksigen, sehingga saat oksigen berada di level terendah bisa segera dilakukan tindak lanjut. Cara memakai alat ini cukup mudah, hanya dengan memasang di ujung jari dan mengecek seberapa baik oksigen mengikat sel darah merah. Pada orang sehat, angka saturasi pada oximeter akan berada pada 95-100 persen.

Happy hypoxia dapat membahayakan penderita COVID-19 tanpa disadari. Ditambah lagi, kebanyakan penderita happy hypoxia adalah penderita COVID-19 tanpa gejala (OTG). Seseorang akan terlihat seperti biasa, tidak mengalami gangguan kondisi fisik, bisa juga berkomunikasi. Pemahaman masyarakat akan bahaya happy hypoxia sangatlah dibutuhkan. Masyarakat harus paham apa itu happy hypoxia dan bagaimana cara mendeteksinya. Hal itu dapat membantu untuk menurunkan tingkat risiko kematian COVID-19.

Penulis : Nurvita Tri M.

Pin It
Hits 1451