INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Stres yang Berujung Depresi di Tengah Pandemi Virus Covid 19

  • By
  • In Lihat
  • Posted 30 March 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 738

Perubahan pola kehidupan selama pandemi Covid 19 memicu munculnya kecemasan, depresi, trauma psikologis, dan keinginan bunuh diri. Makin lama pandemi berlangsung, berbagai gangguan psikologis itu makin meningkat intensitasnya. Salah satunya yaitu depresi.

Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kecemasan, kesedihan, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, dan tidak dapat tidur. Kecemasan muncul dari perasaan khawatir terhadap semua hal salah satunya tentang pendapatan ataupun nilai dari tugas.

Gejala depresi sendiri bisa dilihat dari tiga sisi yaitu segi fisik, segi psikis, dan sosial. Dari segi fisik meliputi gangguan pola tidur, menurunnya tingkat aktifitas, menurunnya produktivitas kerja dan rasa letih atau sakit. Segi fisik meliputi kehilangan rasa percaya diri, sensitive, merasa tidak berguna, perasaaan bersalah dan perasaan terbebani. Sedangkan dari segi sosial biasanya terjadi pada masalah seperti konflik dengan teman, rekan kerja ataupun orang lain. Selain mengalami konflik, perasaan minder, malu dan cemas jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal, orang yang depresi juga merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktifmenjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

Penyebab dari depresi sendiri dibagi menjadi dua yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi faktor genetik, susunan kimia otak dan tubuh, faktor usia, gender, gaya hidup, penyakit fisik, obat obatan dan kurangnya cahaya matahari. Dari faktor psikologis meliputi kepribadian, pola pikir, harga diri, stress, lingkungan keluarga serta penyakit jangka panjang.

Gangguan Kesehatan mental pada saat pandemic dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti ketakutan wabah, merasa terasing selama menjalani karantina, jauh dari keluarga, dan cemas mengenai finansial keluarga. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh kepada orang yang memiliki latar belakang Kesehatan mental tetapi bisa mempengaruhi Kesehatan jiwa orang yang masih normal atau sehat. Beberapa kelompok yang rentan mengalami stress psikologis selama pandemi. Selama pandemi kita sudah dianjurkan untuk menjaga jarak, tidak keluar rumah (kecuali ada kepentingan yang mendadak), dll. Hal tersebut bisa memperparah stress yang kemudian menjadi seseorang menjadi depresi.

Kita bisa mengurangi stress dengan melakukan beberapa kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri serta sebagai refreshing otak di tengah pandemi. Kegiatan tersebut bisa melakukan aktivitas fisik seperti olahraga kecil di rumah seperti yoga, yoga tak hanya menyehatkan tubuh tetapi bisa melatih konsentrasi dan mengurangi stress dan membuat tubuh menjadi rileks. Membuat rutinitas sendiri juga cara yang terbaik untuk mengurangi stress, misalnya dengan membaca buku, membuat konten vlog yang sekarang digemari oleh masyarakat luas ataupun bisa memperdalam minat yang sebelumnya pernah dilakukan. Tak hanya melakukan aktivitas, kita juga harus menjaga Kesehatan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, mengonsumsi vitamin agar imun kita tetap terjaga serta mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol serta begadang atau kurang istirahat. Rasa takut dan cemas wajar dirasakan di tengah pandemi seperti ini. Namun tidak ada salahnya kita bersyukur atas pemberian Tuhan serta selalu berfikir positif.

Sumber: alodokter.com
Penulis: Diah Ratika Maulani W

Pin It
Hits 3482