INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI (Early Mobilization in Post Operative Patients)

  • By
  • In Lihat
  • Posted 27 April 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Selain itu, masyarakat yang juga semakin dinamis mengikuti perkembangan IPTEK menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun IPTEK semakin berkembang namun tidak menutup kemungkinan dalam menangani suatu penyakit masih kurang maksimal, terutama pada pasien setelah operasi yang memerlukan penanganan menyeluruh (Merdawati, 2018).

Pada pasien setelah operasi laparatomi (tindakan pembedahan pada perut) misalnya, seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi mempercepat proses penyembuhan luka bedah dan penyembuhan fisik pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien setelah operasi laparatomi dilakukan segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektif serta latihan mobilisasi dini (Pristahayuningtyas, 2015).

Seperti yang kita tahu, bahwa pasien yang selesai menjalani tindakan operasi cenderung merasa takut, mengeluh nyeri pada luka operasi bahkan bergantung dalam melakukan aktivitas sehingga enggan bergerak dan hanya berada diatas tempat tidur saja. Hal tersebut justru membuat pasien semakin tidak mandiri dalam proses pengembalian fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari menjadi terhambat. Oleh karena itu, mobilisasi dini sangat penting untuk mendorong kemandirian pasien sesegera mungkin.

1.Pengertian mobilisasi dini
Mobilisasi dini adalah suatu kegiatan atau pergerakan atau perpindahan posisi yang dilakukan pasien setelah beberapa jam setelah operasi. Mobilisasi dini dapat dilakukan diatas tempat tidur dengan melakukan gerakan sederhana (seperti miring kanan – miring kiri dan latihan duduk) sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, latihan berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Merdawati, 2018).

2.Tujuan dan manfaat mobilisasi dini
Tujuan dari melakukan mobilisasi dini segera setelah tindakan operasi diantaranya (Merdawati, 2018) :
a.Mencegah konstipasi atau sembelit
b.Memperlancar peredaran darah
c.Membantu pernapasan menjadi lebih baik
d.Mempercepat penutupan jahitan setelah operasi
e.Mengembalikan aktivitas pasien agar dapat bergerak normal dan memenuhi kebutuhan gerak harian
f.Mengembalikan tingkat kemandirian pasien setelah operasi.
Tidak hanya pada pasien setelah tindakan pembedahan perut saja, mobilisasi dini juga memiliki peran yang sangat penting bagi pasien patah tulang setelah operasi. Umumnya pasien patah tulang dianjurkan untuk istirahat total dan membatasi aktivitas (imobilisasi) selama 24 – 48 jam setelah operasi namun setelah itu pasien dianjurkan segera melakukan mobilisasi dini (Maharani & Waluyo, 2013).
Tentunya mobilisasi dini memiliki manfaat yang luar biasa bagi pasien yaitu menjadi lebih sehat dan mengurangi rasa nyeri setelah operasi disamping pemberian obat anti nyeri. Selain itu, mobilisasi dini juga dapat mempercepat penyembuhan terutama luka jahitan operasi.

3.Dampak jika tidak melakukan mobilisasi dini
Sebagian besar pasien setelah operasi akan merasa keberatan jika dianjurkan untuk mobilisasi dini dikarenakan masih takut dengan luka jahitannya, namun perlu diketahui bahwa beberapa hal bisa terjadi apabila tidak segera melakukan mobilisasi dini diantaranya (Pristahayuningtyas, 2015) :
a.Penyembuhan luka menjadi lama
b.Kulit di bagian punggung menjadi lecet akibat terlalu lama berbaring
c.Badan menjadi mudah lelah dan terasa pegal akibat kurang gerak
d.Lama perawatan di rumah sakit bertambah.

4.Pelaksanaan mobilisasi dini
a.Perawat melatih berupa latihan miring kanan dan kiri sejak 6-10 jam setelah pasien sadar dari operasi
b.Latihan menggerakkan anggota gerak atas dan bawah seperti tangan dan kaki dengan cara menekuk atau meluruskan
c.Latihan pernafasan yang dapat dilakukan sambil tidur terlentang
d.Latihan duduk selama 5 menit
e.Latihan nafas dalam dan batuk efektif untuk mengeluarkan dahak dari saluran pernapasan bawah setelah operasi (Budianto et al., 2018).
1)Batuk efektif dapat dilakukan dengan napas dalam terlebih dahulu melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.
2)Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
3)Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
f.Mampu merubah posisi dari posisi tidur terlentang menjadi setengah duduk (Marlitasari et al., 2010).

Penulis : Kelompok 1 Profesi Keperawatan Medikal Bedah (Farah Aulia Nughraini, Fitrinia Puspita Sari, Ilham Dody Prasetiawan, Indah Latifa, Muhamad Abi Zakaria, Citra Danurwenda Rahmah, Ninin Herlinawati, Gita Nofita, Hakim Zulkarnain.)
Editor : Titis Nurmalita

Referensi :
Budianto, Agustanti, D., & Astini, Y. (2018). Pengaruh Edukasi Batuk Efektif Terhadap Perilaku Batuk Efektif Pasien Post Operasi Dengan Anestesi Umum. Jurnal Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang, XIII(2), 180–185.
Maharani, T. D., & Waluyo, A. (2013). Gambaran Implementasi Mobilisasi Dini Oleh Perawat Pada Klien Post Operasi ORIF Fraktur Ekstremitas Bawah Di RSUP Fatmawati. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1–8.
Marlitasari, H., Al Ummah, B., & Iswati, N. (2010). Gambaran Penatalaksanaan Mobilisasi Dini Oleh Perawat Pada Pasien Post Appendiktomy DI RS PKU Muhammadiyah Gombong. In Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan (Vol. 6, Issue 2).
Merdawati, L. (2018). Satuan Acara Penyuluhan Mobilisasi Dini Pasca Operasi Di Ruang IRNA Bedah Pria. Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Pristahayuningtyas, R. C. Y. (2015). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendiktomi Di Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Pin It
Hits 18163