INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Perilaku Bunuh Diri

  • By
  • In Lihat
  • Posted 22 May 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Seorang mahasiswa tingkat 3 di suatu universitas pernah melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali karena ia tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan pertemanannya (circle), dan di situasi yang sama, ia baru saja putus dari pacarnya setelah 1 tahun menjalin kasih. Parahnya, mantan pacarnya itu juga berada dalam circle pertemanan yang sama. Otomatis, ia kehilangan dua hal sekaligus, yakni teman - teman dan kekasih. Kejadian itu akhirnya berimbas pada nilai – nilai mata kuliahnya yang semakin memburuk dan berefek pada kondisi kesehatan mentalnya, sehingga ia berpikir bahwa dunia akan lebih baik tanpa kehadirannya. Perilaku bunuh diri memang jelas adanya, dan bahwa keberadaannya adalah sebuah fakta.

Di zaman yang katanya zaman milenial ini, sudah banyak masyarakat yang mulai terbuka tentang gangguan kesehatan mental beserta perintilannya – yakni resiko bunuh diri. Zaman milenial yang rata – rata didominasi oleh remaja dan orang dewasa berusia produktif sudah mulai memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dan menghindari resiko terburuk dari penyakit mental itu sendiri yang salah satunya resiko bunuh diri. Namun, tetap tak dapat dipungkiri juga bahwa masih banyak juga orang – orang yang menganggap bahwa kesehatan mental itu adalah hal yang tabu dibicarakan, stigma yang melekat bahwa orang yang beresiko bunuh diri adalah orang yang tidak dekat dengan Tuhannya, kemudian ia dikucilkan dan semakin terjerumuslah ia pada keinginan bunuh diri yang tak berujung.

Dikutip dari Tience dan Avin (2016), Wenzel, Brown, dan Beck (2009) menjelaskan pendapat Crosby yang mengatakan bahwa tindakan bunuh diri adalah perilaku yang berpotensi melukai yang diakibatkan oleh perbuatan sendiri dengan keinginan untuk mati. Tindakan bunuh diri dapat atau tidak dapat menghasilkan kematian. Ide-ide bunuh diri adalah semua pikiran, gambaran, keyakinan-keyakinan, suara-suara atau pemikiran-pemikiran tentang keinginan mengakhiri hidupnya. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa perilaku bunuh diri bukan hanya tindakan mengakhiri hidup, namun juga termasuk pikiran dan percakapan tentang bunuh diri, dan juga tindakan menyakiti diri sendiri dengan keinginan untuk mati.

Masih dari jurnal yang sama, kajian literatur yang dilakukan oleh Brezo, Paris dan Turecki (2005) menemukan bahwa di samping kecenderungan ekstroversi dan kecemasan, ketidakberdayaan termasuk faktor yang paling berisiko terhadap ketiga bentuk perilaku bunuh diri yaitu ide bunuh diri, percobaan bunuh dan tindakan bunuh diri. Rutter dan Behrendt (2004) juga menjelaskan bahwa ada empat faktor psikososial yang penting sebagai faktor risiko bunuh diri pada remaja yaitu ketidakberdayaan, permusuhan, konsep diri yang negatif, dan terisolasi.

Dari kasus yang dicontohkan penulis sebagai pembuka artikel ini, secara singkat dapat disimpulkan bahwa sang mahasiswa merasa tidak berdaya lagi terhadap kejadian tidak mengenakkan yang ia alami bertubi – tubi. Tience dan Avin (2016) mengatakan dari studi meta-analisinya bahwa ketidakberdayaan memberikan kontribusi pada perilaku bunuh diri dengan tingkat medium.

Dari studi kasus dalam artikel ini juga, setidaknya kita dapat mengetahui beberapa hal bahwa memiliki kemampuan untuk beradaptasi di lingkungan yang baru atau asing memanglah sangat penting. Di dunia ini segala sesuatu berjalan dengan dinamis, maka kita manusia sebagai pelaku kehidupan sudah seharusnya dapat menyesuaikan diri dimanapun kita berada, dimanapun kita ditempatkan dalam situasi apapun. Pertahanan diri dan prinsip hidup yang kuat sudah menjadi hal yang wajib dimiliki setiap insan. Selain pertahanan diri, kedekatan kita kepada Tuhan, dan support orang – orang terdekat (dalam hal ini tidak melulu soal keluarga, siapapun orang yang dapat membantu permasalahan kita seperti teman, guru, dosen, psikolog atau terapis) juga wajib kita cari demi kesehatan mental yang baik dan menghindarkan diri kita dari resiko melakukan bunuh diri.

Penulis : Raudhatushafytra Kuntari
Editor : Titis Nurmalita

Referensi :
Tience Debora Valentina, Avin Fadilla Helmi, ‘Ketidakberdayaan Dan Perilaku Bunuh Diri : Meta – Analisis’, Buletin Psikologi Vol. 24 No. 2 2016, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pin It
Hits 411