Pemerintah Indonesia mengoptimalkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), salah satunya yaitu AKDR. Namun pertumbuhan penggunaan baru AKDR masih rendah (7,23%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor health belief model dengan pemilihan AKDR pada wanita pasangan usia subur yang tinggal di pedesaan.Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur di Desa Ngudikan Nganjuk. Sampel pada penelitian ini adalah 109 responden dengan teknik cluster sampling. Variabel independen penelitian ini adalah faktor health belief model dan variabel dependen adalah pemilihan AKDR pada wanita pasangan usia subur. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner health belief model dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan faktor perceived susceptibility (p=0,000), perceived seriousness (p=0,000), perceived benefit (p=0,033), perceived self-efficacy (p=0,008) dan cues to action (p=0,006) memiliki hubungan kearah positif dengan pemilihan AKDR. Faktor perceived barrier (p=0,000) memiliki hubungan dengan pemilihan AKDR ke arah negatif.Perceived susceptibility, seriousness, benefit, self-efficacy dan cues to action akan mempengaruhi keputusan ibu daalam memilih alat kontrasepsi. Penurunan perceived barrier dapat meningkatkan kemungkinan wanita pasangan usia subur menggunakan AKDR.Penelitian ini merekomendasikan penelitian lanjutan tentang pendekatan keperawatan transkultural terkait pemilihan kontrasepsi AKDR.
Penulis: Aria Aulia Nastiti*, Retnayu Pradanie*, Desy Ratna Sari*
Link: Enfermería Clínica Volume 31, Supplement 2, April 2021, Pages S343-S347
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1130862120306197?via%3Dihub
