INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Tersenyumlah Jika Anda Lelah

  • By
  • In Lihat
  • Posted 31 May 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Anda pernah dengar kalimat yang menyatakan bahwa apapun kondisi yang kita alami dalam hidup, tetaplah tersenyum? Kalimat itu tidak salah, meskipun senyum yang kita buat adalah senyum palsu sekalipun.

Hal – hal yang terjadi dalam hidup ibarat roller coaster. Kita harus terbiasa pada akhir yang buruk, kita harus terbiasa berada dalam ketidakpastian. Kita harus mengetahui bahwa sejatinya hidup adalah sebuah masalah dan tidak semua hal akan berjalan baik – baik saja.

Dengan kondisi hidup yang ‘naik – turun’ itu, tubuh memiliki satu respon utama dalam menghadapi stimulus. Ya, perubahan ekspresi. Ketika kita mendengar kabar yang mengenakkan atau tidak, hal pertama yang dibuat tubuh adalah merubah ekspresi. Dikutip dari Hasanat (1997), Rathus (1986) mengatakan bahwa keadaan emosi direfleksikan melalui ekspresi wajah. Cannon Bard, seorang peneliti dan ahli psikologi Amerika juga mengatakan bahwa suatu peristiwa akan memicu reaksi tubuh dan pengalaman emosi secara bersama – sama.

Namun selama permulaan abad 20, ternyata teori James Lange lah yang banyak mendapat dukungan. Ia memunculkan suatu konsep FFH, facial feedback hypothesis yang menyatakan bahwa perubahan wajah tidak hanya merupakan suatu respon yang berhubungan dengan suatu emosi dan membuat emosi itu semakin dalam, namun juga merupakan penyebab munculnya emosi itu sendiri (Adelman & Zajonc dalam Huffman (1991); Strack (1988) dalam Hasanat (1997)). Hal yang sama juga dikemukakan Charles Darwin bahwa ekspresi wajah mempunyai pengaruh langsung terhadap pengalaman emosional (Kleinke & Walton (1982) dalam Hasanat, 1997).

Artinya, secara sederhana dalam konsep FFH, seseorang bisa dilatih untuk tersenyum saat ia sedang sedih agar mood atau suasana hatinya membaik. Dengan FFH, diharapkan orang akan merubah ekspresinya menjadi ekspresi bahagia sehingga timbullah perasaan bahagia yang menggantikan perasaan sedih.

Hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Adelman & Zajonc (1989) dan Laird & Bresler (1990). Mereka mengidentifikasi 28 penelitian terpisah yang memanipulasi ekspresi wajah untuk merubah emosi. Review tersebut menyimpulkan bahwa orang merasakan emosi melalui ekspresi wajahnya. Seseorang yang menyadari ia berekspresi senang, maka ia akan senang, begitu juga sebaliknya (dalam Hasanat, 1997).

Waynbaum menyatakan bahwa ketika otot wajah bergerak, maka akan terjadi mekanisme hormonal di otak. Otot – otot wajah (terutama otot zygomatic major, otot yang menarik sudut bibir ke atas sampai tulang pipi) berperan dalam mengikat pembuluh darah dan mengatur aliran darah ke otak. Aliran darah ini selain memengaruhi temperatur di otak dan dapat merubah perasaan subjektif yang dimiliki seseorang, juga dapat meningkatkan laju aliran darah sehingga pasokan oksigen kedalam sel dan jaringan juga meningkat (dalam Hodgkinson, 1991 dalam Hasanat, 1997).

Itulah sebabnya kenapa Anda harus tetap tersenyum dalam kondisi apapun. Sedih itu wajar, kecewa juga wajar, karena kita adalah manusia yang memiliki nurani dan perasaan. Anda juga sangat boleh menangis sebagai pelampiasan kesedihan. Namun apakah Anda akan tetap kelabu dan tidak move on ke sesuatu yang lebih baik? Sedih itu boleh, namun jangan sampai hal itu menyurutkan semangat Anda untuk tetap melanjutkan hidup. Ingat, tidak ada badai yang tidak reda, bukan?

Penulis : Raudhatushafytra Kuntari
Editor : Titis Nurmalita

Referensi :
Nida Ul Hasanat, ‘Anda Sedang Bersedih? Cobalah Tersenyum Atau Tertawa..’, Buletin Psikologi Tahun 5 Vol. 2 Desember 1997, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pin It
Hits 1035