INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

WASPADA! KRISIS HIPERTENSI

  • By
  • In Lihat
  • Posted 03 June 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Banyak penyakit yang diam-diam mematikan, salah satunya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang diukur pada tiga kesempatan yang berbeda. Peningkatan tekanan darah perlu untuk dikontrol agar tidak menimbulkan komplikasi hipertensi diantaranya adalah krisis hipertensi. Krisis hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba melebihi 180/120 mmHg. Kondisi ini.adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan medis segera.

Beberapa tanda dan gejala dari krisis hipertensi yang mungkin muncul adalah:
•Sakit kepala hebat, disertai bingung dan penglihatan kabur
•Sesak napas dan nyeri dada
•Mimisan
•Mual muntah
•Kejang

Ada dua jenis krisis hipertensi, yakni hipertensi emergensi (darurat) dan hipertensi urgensi (mendesak). Berikut penjelasannya lebih lanjut.
•Hipertensi Urgensi
Jenis krisis hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah sangat tinggi mencapai 180/120 mmHg atau lebih, namun tidak disertai kerusakan organ tubuh. Penurunan tekanan darah dilakukan dengan perlahan-lahan dengan obat anti hipertensi darah tinggi oral (obat minum) dari dokter. Penderita biasanya tidak menunjukkan tanda dan gejala yang jelas. Meski demikian, kondisi ini juga harus dikhawatirkan karena penderita berisiko mengalami kerusakan organ dalam beberapa jam ke depan jika tidak segera diobati. Dampaknya akan meningkatkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada jangka panjang.
•Hipertensi Emergensi
Serupa dengan hipertensi urgensi, hipertensi emergensi terjadi ketika tekanan darah mencapai 180/120 mmHg atau lebih, namun disertai dengan kerusakan organ tubuh seperti otak, jantung atau ginjal. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi terkait hipertensi emergensi yaitu edema paru, angina, stroke, gagal ginjal, kerusakan pada mata, hingga gagal jantung. Seseorang yang mengalami hipertensi emergensi perlu segera mendapatkan penanganan medis darurat. Umumnya, penderita akan diberi obat penurun tekanan darah melalui infus atau pembuluh darah karena diharapkan tekanan darah diharapkan dapat turun dalam waktu 2-6 jam.

Penderita hipertensi nantinya akan mengkonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darahnya seperti captopril, candesartan, amlodipin, clonidine, labelatol dan jenis obat anti-hipertensi yang lain. Selain itu hipertensi dapat dikontrol dengan memodifikasi gaya hidup seperti:
1.Melakukan penurunan berat badan jika termasuk memiliki berat badan berlebih; mengurangi penggunaan alkohol; menghentikan merokok; aktivitas fisik teratur; dan mengurangi konsumsi natrium (garam)
2.Kelola stres sehingga tubuh tidak mengeluarkan hormon-hormon yang dapat memperparah hipertensi. Pengelolaan stres dapat dilakukan dengan menarik napas dalam-dalam dari hidung kemudian mengeluarkan dari mulut. Hal ini dapat diulangi beberapa kali hingga tubuh merasakan rileks. Selain itu, individu juga dapat menurunkan stres dengan melakukan kegiatan (hobi) yang digemari sehingga stres dapat teralihkan dengan kegiatan yang menyenangkan.

Penanganan krisis hipertensi yang dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga agar krisis hipertensi tidak berulang lagi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin. Pemantauan tekanan darah dilakukan karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup yang harus dipantau. Konsumsi obat secara teratur sesuai petunjuk dari dokter dan segera konsultasikan kepada dokter jika muncul keluhan atau bawa ke fasilitas layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Penulis: Kelompok 2 Program Profesi Ners FKp Unair Angkatan B22
Editor : Titis Nurmalita

Referensi :
Smeltzer, S. C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth Vol 2 (8th ed.). EGC.
Pramana, K. D. (2020). Penatalaksanaan Krisis Hipertensi. Jurnal Kedokteran, 5(2), 91–96. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v5i2.243

Pin It
Hits 6815