INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Potensi Senyawa Alkaloid dari Daun Cembirit sebagai Antimalaria Baru

  • By
  • In Lihat
  • Posted 05 July 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Infeksi malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. WHO melaporkan bahwa penyakit ini telah menyerang kurang lebih 500 juta penduduk dunia, dan membunuh 1,5-3 juta manusia tiap tahun di 107 negara. Prevalensi penyakit infeksi malaria di Indonesia juga masih sangat tinggi dan merupakan pembunuh nomor satu di bandingkan dengan AIDS.

Adanya kondisi resistensi terhadap chloroquine, sulphadoxine-pirimethamine, dan quinine pada infeksi malaria pada akhir dekade ini sudah sangat merisaukan. Komisi Ahli Malaria (KOMLI) telah mengubah strategi pengobatan dengan menggunakan Artemysinin Combination Treatment (ACT). Strategi ini masih memerlukan dukungan dengan pencarian alternatif obat baru. Metabolit sekunder dari tanaman merupakan sumber senyawa obat yang potensial sepanjang sejarah manusia. Namun penemuan struktur baru sudah semakin sulit. Biodiversitas tanaman di berbagai hutan di Indonesia merupakan harta karun yang dapat digali dalam pencarian senyawa obat baru.

Salah satu metabolit sekunder tanaman dari golongan alkaloid yang sangat dikenal sebagai antimalaria adalah Quinine. Senyawa alkaloid Quinine berhasil diisolasi dari kulit batang pohon tanaman Chinchona yang ditemukan di Peru. Quinine mempunyai aktivitas membunuh skizon di darah serta dapat mematikan gamet Plasmodium vivax dan P. malariae. Di beberapa daerah endemik malaria, pemakaian obat-obat seperti chloroquine, mefloquine, dan kombinasi obat sulfa dengan pyrimethamine menunjukkan level resistensi yang tinggi. Di daerah seperti ini quinine masih digunakan walaupun dianggap kurang efektif.

Voacanga adalah salah satu genus dari suku Apocynaceae yang memiliki 12 species.. salah satu ciri khas dari suku ini adalah pohonnya yang sangat mudah mengeluarkan getah susu jika terkena bacokan yang menyebabkan kulit pohonnya mengelupas. Salah satu species dari genus Voacanga adalah Cembirit atau dikenal dengan nama ilmiah Voacanga grandifolia. Tanaman ini merupakan perdu dengan tinggi bisa sampai 5 meter. Batangnya berbentuk bulat dengan diameter sekitar 25 cm. Permukaan batangnya yang kasar hingga sedang.

Cembirit adalah tumbuhan dengan habitat alami ekosistem karst yang berbunga sepanjang tahun. Tumbuhan jenis ini dapat kita jumpai di Jawa, Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil, Timor Leste sampai New Guinea. Tanaman ini banyak ditemukan di hutan terbuka di sekitar aliran sungai pada ketinggian 0-1.000 mdpl, tidak termasuk dalam tanaman yang dilindungi, sehingga populasinya cukup banyak namun tidak banyak di manfaatkan oleh masyarakat, hanya seringkali digunakan sebagai tanaman hias. Daun, kulit dan batang umumnya digunakan sebagai obat tradisional. Getahnya digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TBC) atau penyakit menular lain seperti herpes dan kudis.

Buah cembirit berbentuk yang eksotik, lonjong dan agak pipih. Pada saat muda berwarna hijau kemudian berubah menjadi oranye dan biasanya pecah dengan warna merah tua di bagian dalamnya. Buah cembirit ini biasa dipakai orang-orang di daerah Sabah – Malaysia sebagai obat sakit gigi. Bahkan, racun pada buah tanaman ini kerap digunakan orang-orang Kalimantan untuk dilumuri pada mata anak panahnya yang dipakai berburu. Daun cembirit diketahui mempunyai kandungan vobasine, eburnane, iboga, dan aspirasi dosperma yang merupakan golongan monoterpene indole alkaloid. Senyawa-senyawa ini diketahui mempunyai aktivitas anti melanogenesis, anti plasmodium dan vasorelaksan.

Penelitian mengenai aktivitas antimalaria dari daun cembirit ini merupakan penelitian kerjasama Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dengan Universitas Hoshi (Jepang) dan Universitas Osaka (Jepang).

Sampel serbuk daun cembirit diekstraksi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dan dilarutkan dengan larutan asam tartarat 3% (pH 2). Larutan ini dipartisi menggunakan etil asetat. Pada fase air ditambahkan natrium karbbonat sampai pH mencapai 9 dan dipartisi menggunakan kloroform. Fraksi kloroform yang diperoleh dipisahkan menggunakan kolom LH-20 dengan fase gerak campuran kloroform-metanol dengan perbandingan 1:1 menghasilkan 10 fraksi. Proses isolasi selanjutnya dari fraksi ketujuh berhasil.

mendapatkan 2 senyawa alkaloid baru yaitu yang pertama adalah12’-O-demethil-vobtusine-5lactam dan yang kedua adalah isovobtusine-N-oxide.

Hasil pengujian aktivitas antimalaria terhadap kedua senyawa alkaloid baru ini menunjukkan aktivitas antimalaria yang kuat terhadap strain Plasmodium falciparum 3D7 dengan IC50 sebesar 5,1 µM untuk senyawa alkaloid pertama dan 3,3 µM untuk senyawa alkaloid kedua. Pengujian keamanan secara in vitro terhadap kedua senyawa alkaloid ini dilakukan dengan pengujian sitotoksik terhadap sel HepG2. Hasil uji menunjukkan bahwa kedua senyawa tersebut aman karena mempunyai CC50 lebih besar dari 50 µM. Kedua senyawa alkaloid baru yang ditemukan dalam daun cembirit ini mempunyai potensi yang kuat untuk menjadi kandidat obat antimalaria baru. Tanaman Cembirit ini juga diketahui mudah untuk dibudidayakan sehingga potensi untuk mendapatkan bahan baku tanaman obat sangat memungkinkan.

 

Sumber: http://news.unair.ac.id/2021/06/29/potensi-senyawa-alkaloid-dari-daun-cembirit-sebagai-antimalaria-baru/

Sumber gambar: ksdae.menlhk.go.id

Penulis: Dr. apt. Idha Kusumawati, S.Si., M.Si.

Informasi detail riset ini dapat diakses pada artikel kami di:

https://link.springer.com/article/10.1007/s11418-020-01475-w https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-85100196103&doi=10.1007%2fs11418-020-01475-w&partnerID=40&md5=42342f0242f13f4b78913a42f6a85c14

 

Pin It
Hits 1788