INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Memahami Lebih Dalam Penyakit Morbus Hansen

  • By
  • In Lihat
  • Posted 10 July 2021
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 738

Mungkin beberapa orang lebih mengenal penyakit Morbus Hansen dengan penyakit kusta. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Kusta menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit.

Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Apabila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif yang menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata.

Faktor Risiko

1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Pengetahuan
4. Pencahayaan
5. Kelembapan
6. Status Gizi dan Status Ekonomi
7. Vaksinasi BCG

Tanda dan Gejala

a. Tanda - tanda pada kulit : bercak atau kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal.
b. Tanda - tanda pada saraf : rasa kesemutan seperti tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat (deformitas), luka (ulkus) yang tidak sembuh.

Penatalaksanaan Morbus Hansen

1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi ini memiliki tujuan yaitu untuk menghilangkan infeksi, mengurangi morbiditas, mencegah komplikasi, mencegah penularan, dan membasmi penyakit. Pengobatan kusta di Indonesia sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan WHO yaitu dengan menggunakan MDT (Multidrug Therapy)

2. Terapi Non Farmakologi
a. Menjaga kebersihan diri, terlebih untuk anggota tubuh yang terkena penyakit kusta seperti penurunan fungsi neurologis. Caranya yaitu dengan merendam tangan atau kaki yang anastetik setiap hari selama 10-15 menit. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mencegah kerusakan saraf seperti gangguan sensorik, paralisis, dan kontraktur serta pengobatan untuk memastikan basil kusta dan mencegah perburukan penyakit.
b. Mengistirahatkan anggota tubuh yang terlihat kemerahan atau meleouh, seperti berjalan kaki dalam jangka waktu yang lama, elevasi tungkai saat istirahat supaya tidak terjadi penekanan yang berlebihan pada lesi. Untuk menghindari komplikasi membutuhkan kerja sama dengan bagian bedah ortopedi, neurologi, oftalmologi, dan rehabilitasi medis.

 

Sumber:
Efrizal, E., Lutfan Lazuardi., Hardyanto Soebono. 2016. Faktor risiko dan pola distribusi kusta di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol 32 No. 10.
Hadi, Moch. Irfan dan Mei Lina F.K. 2017. Kusta Stadium Subklinis. Surabaya: Penerbit Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel.
Infodatin. Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Diakses pada tanggal 10 Juli 2021 dari https://pusdatin.kemkes.go.id/download.phpfile=download/pusdatin/infodatin/infoDatin-kusta-2018.pdf
Kepmenkes Tahun 2019 Nomor 308 tentang PNPK Kusta. Diakses pada tanggal 10 Juli 2021 dari https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/Kepmenkes%20Th%202019%20Nomor%20308%20tentang%20PNPK%20Kusta.pdf

Pin It
Hits 14169