INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien HIV

  • By
  • In Lihat
  • Posted 18 November 2020
×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 735

Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurunnya sistem kekebalan tubuh pada pasien HIV meningkatkan kerentanan pasien HIV untuk terinfeksi penyakit lainnya. Salah satu infeksi penyakit lain yang disebabkan karena penyakit HIV adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada pasien HIV, infeksi bakteri tersebut merupakan infeksi tersering dan dapat menyebabkan kematian. Laporan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) menyebutkan bahwa persentase pasien TBC yang positif HIV di Indonesia meningkat dari tahun 2009. Bahkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 persentase pasien TBC yang positif HIV sebesar 1,22% dan meningkat menjadi 1,85% pada tahun 2017.

Pasien HIV dengan infeksi Tuberkulosis akan mendapatkan 2 jenis pengobatan. Obat untuk menangani HIV yaitu golongan ARV (Antiretroviral) dan obat Anti Tuberkulosis atau OAT. Prinsip pengobatan HIV dengan TB adalah mendahulukan terapi OAT lalu dilanjutkan dengan terapi ARV. ARV akan diberikan 2-8 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan.

Terapi pengobatan pada pasien TB HIV sama dengan pasien TB tanpa infeksi HIV. Pengobatan tersebut terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Obat yang dipakai adalah:

1. Obat utama : Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Streptomicin (S), dan Etambutanol (E)
2. Kombinasi dua macam obat atau biasa disebut fixed dose combination (FDS)
3. Empat obat dalam 1 tablet yaitu Isoniazid 75 mg, Rifampicin 150 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutanol 275 mg
4. Tiga obat dalam 1 tablet yaitu Isoniazid 75 mg, Rifampicin 150 mg, dan Pirazinamid 400 mg,
5. Obat tambahan lainnya misalnya kanamycin, quinolone, amikacin

Penyedia layanan kesehatan di Indonesia pada umumnya masih menggunakan pola 2HRZE/4HR yang artinya pada 2 bulan pertama akan diberikan 4 macam obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) dan 2 macam obat (isoniazid dan rifampisin) pada 4 bulan selanjutnya.

Pengobatan TB pada pasien HIV dapat menimbulkan beberapa efek samping, antara lain gangguan makan, nyeri sendi, rasa kesemutan pada kaki, warna kencing kemerahan, sakit kepala, diare, kelelahan, gatal dan ruam, serta perubahan dalam distribusi lemak.

Oleh :
Dosen Pembimbing : Dr. Ninuk Dian, S.Kep., Ns., M.ANP
PJBL Kelompok 3 Keperawatan HIV/AIDS kelas A1-2018
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Sumber Bacaan :
Ajmala, Indiana Eva, Laksmi Wulandari. 2015. Terapi ARV pada Penderita Ko-Infeksi TB-HIV. Jurnal Respirasi. Vol 1 (1), hlm 27.

Cahyawati, F. 2018. Tatalaksana TB pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Cermin Dunia Kedokteran (CDK). Vol 45 (9), hlm 704-708.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Tuberkulosis. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Pin It
Hits 5191