Kanker Serviks: Masih Menjadi Ancaman Besar bagi Perempuan Indonesia

  • By Nandyta Putri Rahmadhani
  • In Ners News
  • Posted 15 December 2025

NERS NEWS — Kanker serviks hingga kini masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia. Data tahun 2022 menunjukkan bahwa terdapat 36.964 kasus baru dan 20.708 kematian akibat penyakit ini. Angka tersebut menggambarkan bahwa kanker serviks bukan sekadar masalah medis, tetapi isu kesehatan masyarakat yang membutuhkan perhatian serius.

Salah satu alasan tingginya kasus kanker serviks adalah masih banyaknya perempuan yang terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV). Selain itu, cakupan vaksinasi HPV yang belum optimal dan rendahnya kesadaran untuk melakukan skrining rutin juga memengaruhi tingginya kejadian kanker serviks. Faktor risiko lain seperti memulai aktivitas seksual di usia terlalu muda, kebiasaan merokok, penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang, hingga memiliki pasangan seksual lebih dari satu juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan risiko berkembangnya kanker serviks.

Para perempuan jarang menyadari bahwa kanker serviks tidak muncul secara tiba-tiba. Penyakit ini berkembang perlahan, dimulai dari lesi prakanker yang biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Banyak perempuan baru menyadari adanya masalah ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut. Pada stadium awal (stadium I), kanker masih terbatas pada leher rahim dan peluang sembuh sangat tinggi apabila ditangani segera. Namun, ketika memasuki stadium II dan III, sel kanker mulai menyebar ke jaringan sekitar dan menimbulkan tanda-tanda seperti perdarahan di luar siklus haid, keputihan berbau, atau nyeri panggul. Kondisi menjadi semakin berat pada stadium IV, ketika kanker menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru, hati, atau tulang. Pada tahap ini, fokus perawatan biasanya bergeser ke perawatan paliatif, yaitu perawatan yang bertujuan meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien, bukan menyembuhkan penyakit.

Dalam menghadapi kanker serviks, edukasi kepada pasien dan keluarga adalah kunci. Masyarakat perlu memahami bahwa langkah pencegahan sebenarnya sangat tersedia dan efektif. Vaksinasi HPV terbukti mampu mencegah sebagian besar kasus kanker serviks apabila diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual. Pemeriksaan rutin seperti Pap smear, tes DNA HPV, atau inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) dapat membantu mendeteksi perubahan sel sejak dini, ketika pengobatan masih relatif mudah dan hasilnya sangat baik. Selain itu, mengenali gejala peringatan seperti pendarahan setelah berhubungan seksual atau keputihan tidak normal dapat menjadi langkah penting untuk segera mencari pertolongan medis.

Edukasi juga mencakup pemahaman tentang proses diagnosis, pilihan terapi sesuai stadium, serta pentingnya dukungan bagi pasien stadium lanjut. Perawatan paliatif tidak hanya berfokus pada manajemen nyeri, tetapi juga menangani perdarahan, infeksi, luka yang sulit sembuh, serta dukungan psikologis bagi pasien dan keluarga.

Dengan meningkatnya literasi kesehatan dan keterlibatan keluarga, diharapkan lebih banyak perempuan yang melakukan pencegahan, menjalani skrining secara rutin, dan mendapat terapi sejak stadium dini. Upaya ini berpotensi besar untuk menurunkan angka kejadian kanker serviks serta meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama mereka yang berada pada stadium lanjut.

 

Penulis: Refi Marshanda
Editor: Nandyta Putri Rahmadhani (Airlangga Nursing Journalist)

Pin It
Hits 14

Berita Terbaru